Bagi saya skill mengobati pasien tidak hanya terletak pada seberapa hebat seseorang menguasai teori atau tindakan medis terkait kondisi pasien namun juga harus bisa memahami apa yang dirasakan pasien dan memiliki empati yang tinggi serta bisa memberi akses dua arah kepada pasien dalam menyampaikan keluhan sehingga pasien merasa nyaman. Hal itu menjadi seauatu yang bermakna bagi saya apabila skill berkomunikasi juga penting dan itu yang berusaha saya terapkan selain dengan terus mengasah dan memperluas wawasan agar selalu relevan dengan perkembangan ilmu kedokteran saat ini. Pengalaman yang berkesan bagi saya adalah ketika beberapa pasien yang saya temui ketika masa internsip saya di puskesmas menyampaikan bahwa dirinya merasa nyaman untuk menyampaikan keluhannya dan mendapatkan respon yang mereka harapkan sambil menanyakan tempat praktik pribadi saya. Saat itu saya merasa mereka tidak hanya perlu datang dan diberi obat namun juga mereka ingin didengar dan dipahami sebagai pasien