Blue Collar Worker: Profesi, Gaji, dan Tantangan di Dunia Kerja

Blue Collar Worker

Pernahkah kalian mendengar istilah blue collar worker dan white collar worker? Kalau kamu perhatikan, kedua istilah pekerja ini dibedakan berdasarkan warna kerahnya. 

Blue collar adalah istilah yang digunakan untuk pekerja yang lebih banyak mengandalkan tenaga fisik, sedangkan white collar worker adalah mereka yang bekerja di kantor dan melakukan tugas administratif atau manajerial.

Konsep ini bukanlah hal yang baru. Istilah white collar vs blue collar sudah dikenal sejak tahun 1920-an dan 1930-an. Namun, seiring berjalannya waktu, istilah white collar vs blue collar semakin banyak digunakan untuk membedakan jenis pekerjaan seseorang. Lalu, apa saja contoh pekerjaan yang termasuk white collar vs blue collar dan bagaimana perbedaanya? Yuk, simak pembahasan Cake sampai habis!🚀

Apa itu Blue Collar?

Apa itu Blue Collar Worker?

Kalau mendengar istilah blue collar, mungkin hal pertama yang terlintas di benak kamu adalah pekerjaan yang melibatkan banyak tenaga fisik. Memang benar! Blue collar adalah sebutan untuk pekerja yang umumnya melakukan pekerjaan teknis atau manual, seperti di bidang konstruksi, manufaktur, perbaikan, hingga pertambangan.

Dulu, para blue collar worker sering mengenakan seragam berwarna biru agar tidak mudah terlihat kotor saat bekerja. Dari situlah istilah ini muncul. Berbeda dengan white collar worker, yang biasanya bekerja di kantor dengan pakaian formal, blue collar worker adalah mereka yang lebih sering bekerja di lapangan dan mengandalkan keterampilan teknis.

Menariknya, meskipun banyak pekerjaan blue collar tidak memerlukan pendidikan tinggi, namun keterampilan tetap menjadi faktor utama. Seorang mekanik, tukang listrik, atau teknisi AC, mungkin tidak membutuhkan gelar sarjana, tetapi mereka tetap harus memiliki keahlian khusus agar bisa melakukan pekerjaannya dengan baik.

Sayangnya, masih ada anggapan bahwa blue collar worker memiliki status yang lebih rendah dibandingkan white collar worker. Padahal, tanpa blue collar worker, akan ada banyak aspek kehidupan modern yang tidak akan berjalan lancar.

Blue Collar vs White Collar

Penggolongan pekerja berdasarkan warna kerah ini pertama kali diperkenalkan oleh novelis Upton Sinclair dan mulai populer pada tahun 1923. Setahun kemudian, istilah white collar vs blue collar mulai muncul dalam koran The Times yang terbit di Alden, Iowa, Amerika Serikat. Lalu apa perbedaan white collar vs blue collar?

1. Latar Belakang Pendidikan

Secara umum, blue collar worker adalah pekerja yang lebih mengandalkan keterampilan teknis dan pengalaman dibandingkan pendidikan formal yang tinggi. Biasanya, pekerja blue collar adalah lulusan SMK atau mereka yang mengikuti pelatihan kejuruan. 

Di sisi lain, white collar adalah pekerja yang umumnya memiliki gelar pendidikan tinggi seperti D3, D4, S1, atau lebih, tergantung pada bidang pekerjaannya.

📚 Baca juga: Cara Menulis Riwayat Pendidikan pada Curriculum Vitae (CV) | +Contoh & Tips

2. Jenis Pekerjaan

Pekerja blue collar banyak terlibat dalam pekerjaan fisik, seperti mekanik, tukang listrik, atau operator mesin, yang membutuhkan keterampilan praktis. Sementara itu, white collar worker adalah pekerja yang lebih fokus pada analisis data, strategi bisnis, atau pengelolaan perusahaan, dengan pekerjaan yang lebih bersifat kognitif.

3. Lokasi dan Lingkungan

Blue collar worker umumnya bekerja di pabrik, bengkel, proyek konstruksi, atau area industri lainnya. Sebaliknya, white collar worker adalah mereka yang biasanya bekerja di kantor, coworking space, atau bahkan bekerja secara remote dari rumah.

4. Sistem Kerja dan Penggajian

Pekerja blue collar umumnya memiliki sistem kerja berbasis shift, kontrak proyek, atau bahkan upah harian, dengan penghasilan yang biasanya tergantung pada jumlah jam kerja atau hasil produksi. Sementara itu, white collar adalah pekerja yang sistem kerjanya kontrak jangka panjang dengan sistem penggajian bulanan.

5. Cara Berpakaian

Blue collar worker biasanya mengenakan seragam kerja atau pakaian yang tahan terhadap kondisi lingkungan kerja yang berat. Sebaliknya, white collar worker cenderung mengenakan pakaian yang formal atau semi-formal, seperti kemeja, jas, atau pakaian bisnis lainnya.

Sedang cari kerja? Buat CV untuk melamar kerja di Cake, profesional dan ATS-Friendly 💯

Tantangan bagi Pekerja Blue Collar

Perbedaan white collar vs blue collar bukan hanya tentang jenis pekerjaan dan cara berpakaiannya saja. Namun perbedaan antara white collar vs blue collar juga terletak pada tantangan yang mereka hadapi dalam dunia kerja.

1. Stereotype

Tantangan pertama antara white collar vs blue collar adalah stereotype atau cara pandang masyarakat. Pekerja kerah biru kerap mendapatkan stigma negatif karena banyak yang menganggap pekerjaan mereka kurang prestisius dibandingkan white collar worker yang bekerja di kantor. 

Padahal, tanpa kontribusi blue collar worker, berbagai industri seperti manufaktur, konstruksi, dan logistik tidak akan berjalan dengan baik.

2. Keamanan kerja

Tantangan besar lainnya adalah tingkat risiko kerja yang tinggi. Blue collar worker sering terlibat dalam pekerjaan fisik yang berbahaya, seperti bekerja di ketinggian, mengoperasikan mesin berat, atau menangani bahan kimia berbahaya. 

Meskipun ada standar keselamatan kerja yang diterapkan, namun kecelakaan kerja masih menjadi ancaman serius bagi pekerja kerah biru.

3. Upah dan kesejahteraan

Meskipun blue collar adalah tenaga kerja yang sangat dibutuhkan, namun gaji mereka sering kali lebih rendah dibandingkan dengan white collar worker. Selain itu, blue collar worker seringkali kurang mendapatkan tunjangan tambahan seperti asuransi kesehatan, cuti berbayar, atau tunjangan pensiun yang lebih baik.

📚 Baca juga: Selain Gaji, Ini 12 Fasilitas yang Bisa Diharapkan!

4. Peluang pengembangan karir

Dalam dunia kerja, white collar adalah pekerja yang sering mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan untuk meningkatkan keterampilan mereka. 

Sebaliknya, blue collar seringkali memiliki keterbatasan dalam mengakses pelatihan yang dapat membantu mereka naik jabatan atau meningkatkan keterampilan.

5. Ketidakpastian pekerjaan

Banyak pekerja kerah biru yang bekerja dengan sistem kontrak jangka pendek atau berbasis proyek. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dibandingkan dengan pekerja white collar, yang biasanya memiliki kontrak lebih stabil dan peluang karir yang lebih jelas.

6. Perubahan teknologi dan otomasi

Kemajuan teknologi dan otomatisasi juga menjadi tantangan besar bagi para blue collar. Banyak pekerjaan manual mulai tergantikan dengan mesin dan robot, yang berakibat mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manusia. 

Hal ini memaksa para blue collar untuk terus beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru agar mereka tetap relevan di dunia kerja yang terus berkembang.

Berapa Gaji Blue Collar Worker?

Gaji pekerja blue collar di Indonesia bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan, lokasi, dan pengalaman kerja. Dilansir dari SalaryExpert, gaji rata-rata para blue collar worker di Indonesia adalah sekitar Rp128.640.425 per tahun, atau sekitar Rp10.720.035 per bulan. Namun, masih banyak pekerja kerah biru di Indonesia yang menerima gaji kurang dari itu.

  • Tukang Listrik: Gaji berkisar antara Rp2.000.000 - Rp10.000.000 per bulan, tergantung spesifikasi pekerjaan dan pengalaman.
  • Pekerja Bangunan: Biasanya diberi upah rata-rata Rp100.000 per hari, belum termasuk upah lembur.
  • Buruh Pabrik dan Office Boy: Umumnya mengikuti Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang telah ditetapkan di daerah masing-masing.

Lihat berbagai contoh CV untuk lamar kerja di Cake dan langsung buat CV di Cake!

Jenjang Karir Pekerja Blue Collar

Meskipun sering dianggap memiliki keterbatasan dalam jenjang karir, pekerja blue collar adalah bagian penting dari industri yang terus berkembang. Dengan keterampilan, pengalaman, dan pelatihan yang tepat, blue collar worker bisa memiliki peluang untuk meningkatkan karir mereka. Berikut beberapa aspek yang mempengaruhi jenjang karir pekerja blue collar:

1️⃣ Kenaikan Jabatan

Sama seperti white collar worker yang bisa naik jabatan dari staf ke manajer, pekerja blue collar juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Misalnya, seorang teknisi junior dapat dipromosikan menjadi teknisi senior, supervisor, hingga manajer operasional. Kunci utama untuk kenaikan jabatan adalah pengalaman kerja, keterampilan teknis, serta kepemimpinan yang baik.

2️⃣ Kebutuhan Industri

Para pekerja kerah biru tetap menjadi tulang punggung industri seperti logistik, konstruksi, dan manufaktur. Dengan meningkatnya permintaan akan tenaga kerja di sektor ini, maka para blue collar worker yang memiliki keterampilan khusus akan lebih mudah mendapatkan peluang kerja dan jenjang karir yang lebih baik.

3️⃣ Sertifikasi dan Pelatihan

Untuk meningkatkan peluang promosi, pekerja blue collar dapat mengikuti pelatihan dan sertifikasi khusus di bidang mereka. Misalnya, teknisi listrik dapat mengambil sertifikasi kelistrikan yang diakui secara nasional, atau operator alat berat bisa mendapatkan lisensi resmi. Sertifikasi ini tidak hanya meningkatkan keterampilan tetapi juga memberikan nilai tambah dalam persaingan kerja.

📚 Baca juga: 3 Cara Menulis Sertifikat Dalam CV Agar Menarik!

4️⃣ Dukungan Pemerintah

Pemerintah juga memberikan berbagai program pelatihan dan sertifikasi untuk pekerja kerah biru melalui Balai Latihan Kerja (BLK) dan program vokasi lainnya. Selain itu, jaminan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan juga membantu memberikan perlindungan bagi pekerja blue collar, termasuk jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, dan program pelatihan ulang bagi pekerja yang ingin meningkatkan keterampilan mereka.

Jangan lupa buat CV yang menarik untuk lamar kerja. Coba template CV ATS-Friendly dari Cake, 100% gratis! 🚀

Kesimpulan

Blue collar maupun white collar adalah pekerja yang sama-sama memiliki peran penting dalam dunia kerja. Blue collar worker adalah tulang punggung industri yang memastikan sektor-sektor seperti manufaktur, konstruksi, dan logistik tetap berjalan. Di sisi lain, white collar adalah mereka yang berperan dalam perencanaan dan manajemen bisnis.

Selain memiliki perbedaan yang signifikan dalam jenis pekerjaan, sistem kerja, dan penghasilan, namun tantangan terbesar bagi blue collar worker adalah stigma sosial, keamanan kerja, dan keterbatasan jenjang karir. 

Meskipun begitu, dengan adanya dukungan industri, sertifikasi, serta pelatihan keterampilan, pekerja blue collar juga dapat meningkatkan peluang karir dan kesejahteraan mereka.

Pada akhirnya, white collar vs blue collar bukanlah tentang mana yang lebih baik, melainkan bagaimana keduanya bisa saling melengkapi dalam membangun ekonomi dan kehidupan modern.🚀

Cake adalah platform yang menawarkan berbagai solusi untuk kebutuhan kariermu. Kamu bisa bikin CV yang profesional dan ATS-friendly, dan ada fitur Cake AI CV Checker untuk mengoptimalkan CV kamu. Cake Cover Letter AI juga siap membantu kamu bikin surat lamaran yang menarik HRD.

Plus, kamu juga bisa bikin portofolio online, cari lowongan kerja di job portal atau aplikasi cari kerja kami, serta mulai networking dan membangun personal branding lewat Cake. Jangan lupa untuk ikuti panduan karier dan blog kami untuk membantu perkembangan karirmu.

Siap wujudkan karier impian? Yuk, cobain Cake sekarang!

3 Benefits of Subscribing to Cake's Newsletter

  • Bi-weekly newsletter updates
  • Industry trends and skills recommendation
  • Latest job openings and job search information
Newsletter

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles

Info Lengkap Gaji Karyawan Mie Gacoan [+ Syarat Melamar Kerja & Lowongan]

Siapa sih yang tidak tahu Mie Gacoan? Yuk, intip info lengkap soal gaji karyawan Mie Gacoan, syarat dan cara melamar kerja di Mie Gacoan, serta posisi kerja terbaru di Mie Gacoan! Peluang karier di Mie Gacoan menantimu.