Let’s be honest, we’ve all experienced it before.
Baru hari Senin dan masih pagi pula. Namun, sudah tak ada seonggok tenaga pun untuk mulai bekerja. Tidur malam akhir pekan yang harusnya menyegarkan malah dipenuhi kegelisahan.
Pekerjaan mulai berantakan tanpa arah yang jelas. Dan rasanya hanya tinggal tunggu waktu sebelum emosi negatif membuncah keluar dari dada.
Pernakah Anda mengalami hal-hal di atas?
Jika iya, ada kemungkinan Anda sedang mengalami burnout kerja.
Burnout di tempat kerja memang bukan fenomena baru. Meski demikian, penekanan pada wellbeing karyawan belakangan ini membuat fenomena burnout dalam bekerja semakin didiskusikan.
Selain itu, ada pula dampak COVID-19. Pandemi membuat banyak aktivitas pekerjaan dapat dilakukan secara daring dari rumah. Akibatnya, sekat pemisah antara kerja dan istirahat menjadi semakin kabur. Kualitas istirahat pun ikut menurun.
Idealnya, burnout harus di atasi. Dengan mengatasi burnout keproduktifitasan akan meningkat dalam bekerja sekaligus membuat kita semakin menikmati kehidupan.
Dan sebelum mencari cara mengatasi burnout kerja, tentunya harus didahului dengan mengenal lebih dalam apa itu burnout.
Daftar isi:
Pengertian burnout adalah suatu kondisi kelelahan mental dan fisik secara berkepanjangan yang umumnya disebabkan oleh pekerjaan.
Melansir laporan Gallop pada tahun 2018, beberapa faktor pada pekerjaan yang merupakan penyebab burnout.
Beberapa profesi seperti dokter, paramedis, dan pemadam kebakaran, dimana jam kerja yang dijalankan umumnya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selain itu, pada saat genting, ada begitu banyak hal yang harus dihadapi dalam waktu sesingkat-singkatnya. Sehingga bagi para pekerja di bidang profesi ini, salah satu alasan utama burnout adalah tekanan besar yang dihadapi dalam jam kerja.
Manusia dewasa setiap hari umumnya menghabiskan sebagian besar waktu di tempat kerja. Lingkungan kerja yang baik, dengan dukungan konstan dari pihak manajer, dapat membuat seorang pekerja lebih kerasan. Hal ini terbukti dari survei yang menyebutkan bahwa karyawan yang merasakan dukungan kuat dari manajer 70% lebih tidak rentan terdahap burnout.
Pada beberapa perusahaan, target dan job description yang diberikan kepada karyawan sering berubah-ubah. Hal ini dapat mengakibatkan kebingungan dalam bekerja. Alhasil, karyawan akan lebih mudah mengalami emotional burnout karena terus menerus bekerja tanpa melihat suatu hasil yang konkrit.
Bagi sebagian orang, pekerjaan yang cukup berat dapat menjadi tantangan yang mendorong pertumbuhan. Namun, pekerjaan yang terlalu berat juga bisa menyebabkan kelelahan yang dialami oleh karyawan dalam menjalankannya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan burnout di lingkungan kerja.
Faktor yang terakhir adalah perlakuan tidak adil. Perlakuan dari atasan yang menganakemaskan karyawan tertentu dapat membuat karyawan lainnya menjadi lelah dengan dinamika tempat kerja. Faktor ini pun acap kali menyebabkan karyawan mengalami burnout dalam bekerja.
Sedang cari kerja? Temukan pekerjaan impian kamu di Cake! Job Portal terbaik dan terpercaya di Indonesia. 🎉
Karena naturnya yang sama-sama bersifat mental, beberapa orang acap kali menyamakan arti burnout dengan stres.
Meskipun ada sedikit kesamaan di antara keduanya sedikit berbeda dari stres.
Stres pada umumnya mengacu pada kondisi mental yang tertekan karena adanya tekanan yang dihadapi oleh seseorang. Umumnya, orang yang mengalami stres akan selalu digelisahkan oleh tekanan yang besar.
Di sisi lain, pengertian burnout lebih mengacu kepada kondisi kelelahan. Pengidap burnout mungkin tak selalu merasakan tekanan yang besar setiap waktunya. Namun, mereka cenderung akan merasakan kelelahan dan kebuntuan secara terus-menerus yang menyebabkan orang tersebut untuk kehilangan motivasi dalam melakukan apapun.
Irisan dari burnout dan stres terletak pada fakta bahwa stres muncul akibat tekanan berkepanjangan di lingkungan kerja, sementara burnout merupakan akibat dari stres yang kronis dan berkelanjutan dalam menjalani pekerjaan. Selain itu, ketika seseorang mengalami burnout dalam bekerja yang tak kunjung selesai, mereka mungkin akan semakin merasakan tekanan yang besar sehingga akhirnya mengalami stres yang semakin parah.
Mengatasi burnout dimulai dari mengenali tanda-tanda burnout. Jika gejala burnout berikut sudah Anda rasakan, bersegeralah mengikuti cara mengatasi burnout syndrome di akhir artikel ini.
Salah satu gejala burnout yang paling umum adalah kelelahan. Di saat mengalami burnout, badan dapat terasa sangat lelah hingga kesulitan dalam menggerakkan otot atau bahkan tidak mampu untuk bangun dari tempat tidur.
Alasan terjadinya hal ini, dikarenakan burnout menyebabkan pikiran yang tidak tenang sehingga pada banyak kasus tidur menjadi kurang nyenyak. Alhasil, pengidap burnout akan kesulitan tidur dengan nyenyak sehingga menyebabkan kelelahan yang berkepanjangan.
Selain kelelahan, burnout dapat menyebabkan daya tahan tubuh untuk menurun. Akibatnya, berbagai penyakit seperti batuk, pilek, flu, sakit maag, dan sakit kepala perlahan-lahan mulai bermunculan.
Di samping itu, burnout dapat juga menyebabkan produktivitas yang menurun. Hal ini disebabkan kurangnya konsentrasi yang terjadi ketika bekerja. Selain itu, penyakit-penyakit akibat burnout seperti sakit kepala juga dapat membuat kesulitan saat bekerja.
Burnout membuat pekerja tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang seharusnya dapat membawa kebanggaan dan sense of achievement malah menjadi hal yang terpaksa dilakukan dengan susah payah.
Tidak menyukai pekerjaan membuat produktivitas seorang karyawan menurun. Pada gilirannya, produktivitas yang menurun menyebabkan rasa pencapaian yang semakin berkurang dari pekerjaan sehingga membuat karyawan semakin tidak menyukai pekerjaannya.
Ciri-ciri burnout lainnya ialah sikap sinis dan pesimistis. Hal ini khususnya dapat dirasakan oleh orang-orang terdekat seperti keluarga dan rekan kerja. Sikap sinis yang awalnya hanya mengarah kepada pekerjaan juga dapat menular ke berbagai aspek hidup lainnya.
Lima ciri-ciri di atas ini erat kaitannya dengan burnout.
Meski demikian, burnout bukanlah suatu proses yang terjadi secara tiba-tiba. Tak jarang, seseorang sudah mengalami berbagai fase-fase burnout sampai akhirnya baru dapat mengobservasi ciri-ciri di atas.
Berlainan dengan anggapan umum, fase burnout justru dimulai dengan antusiasme yang besar. Di fase ini, karyawan umumnya sangat bersemangat dan termotivasi dalam melakukan pekerjaan mereka sehingga gagal untuk menyadari beban sesungguhnya dari pekerjaan maupun dari budaya perusahaan. Hal ini umum terlihat pada seorang pekerja yang baru memasuki perusahaan baru.
Setelah antusiasme di awal bekerja mulai memudar, perlahan-lahan pekerja mulai memahami situasi sebenarnya terkait pekerjaan dan lingkungan pekerjaan mereka. Karena antusiasme yang mulai larut, dampak dari tekanan mulai terasa. Tanda-tanda burnout seperti ketidakpuasan terhadap pekerjaan, kelelahan, meningkatnya tekanan darah, dan mudah terganggu pun mulai muncul.
Menghadapi situasi yang tidak ideal dari perusahaan selama berkepanjangan, karyawan berpotensi memasuki fase berikutnya yaitu stres berkepanjangan. Tanda-tanda pada fase ini antara lain kelelahan berkepanjangan, procrastinating dalam bekerja, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah marah, konsumsi stimulan (misalnya: kopi) yang naik, dan kesulitan dalam memenuhi tuntutan deadline.
Bila situasi tak kunjung membaik, maka karyawan dapat masuk ke fase burnout itu sendiri. Fase ini ditandai dengan stres kronis yang berdampak pada keseluruhan hidup. Di fase ini, pekerja akan kesulitan untuk menahan stres sehingga sangat sensitif terhadap tekanan di tempat kerja. Akibatnya, penyakit seperti tekanan darah tinggi, alergi, dan sakit perut kronis sangat mungkin terjadi. Selain itu, secara mental, pekerja dapat merasa depresi dan menjadi anti-sosial.
Pekerja yang berada pada fase burnout sudah sepatutnya mencari bantuan untuk mengatasi masalah burnout. Bila tidak diatasi, mereka berpotensi masuk pada fase burnout total. Pada tahap terakhir ini, perasaan burnout dirasakan secara konsisten setiap saat. Depresi sangat mungkin terjadi pada mereka yang berada pada fase ini.
Setelah menerima diagnosa, orang yang mengalami burnout tentunya harus mencari cara mengatasi burnout. Bila tidak, dampak secara psikologis, fisik, dan sosial akan semakin parah.
Langkah pertama untuk mengatasi burnout adalah mencoba untuk memberikan kerenggangan terhadap diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang manajer yang merasa burnout karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan dapat belajar untuk mendelegasikan tugas. Selain itu, bila deadline tugas dirasa terlalu mepet setiap kalinya, usahakan untuk menegosiasikan deadline pekerjaan saat mendapatkan pekerjaan baru.
Selanjutnya, meminta bantuan. Seringkali orang yang mengalami burnout akan merasakan tendensi untuk mengurung diri. Meski demikian, tendensi ini justru harus dilawan bila ingin mengatasi masalah burnout di tempat kerja.
Bila memungkinkan, berbicara pada atasan akan sangat membantu. Atasan/supervisor umumnya memiliki wewenang untuk membuat penyesuaian beban pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan, sehingga berpotensi untuk mengatasi akar masalah penyebab burnout.
Namun, bila berbicara pada atasan tidak memungkinkan, bercerita pada rekan kerja atau teman juga dapat menjadi cara menghilangkan burnout. Membagikan kisah dengan orang yang Anda kenal berpotensi meringankan beban psikologis yang harus ditanggung akibat pekerjaan.
Ketiga, carilah kesempatan untuk beristirahat. Istirahat yang terpenting adalah tidur yang cukup. Dengan tidur yang cukup, beban pekerjaan pun akan perlahan hilang.
Meski demikian, istirahat tak melulu soal rehat fisik, mengingat burnout kerja tak melulu perkara fisik.
Salah satu cara mengatasi emotional burnout syndrome adalah pergi berekreasi, baik dengan jalan-jalan ke tempat baru, maupun melakukan hobi bersama teman. Hal ini akan menjadi cara menghilangkan burnout atau bahkan menjadi cara mencegah burnout sebelum benar-benar terjadi.
Langkah keempat ialah untuk memperhatikan well-being diri sendiri. Selain tidur dan pergi jalan-jalan di hari libur, menjaga kenyamanan diri sendiri selama hari-hari kerja pun sangat penting. Beberapa hal yang dilakukan dalam rangka menjaga well-being adalah berolahraga, makan makanan yang bergizi, menjaga kebersihan workspace, maupun melukis. Singkatnya, melakukan hal-hal yang membuat tubuh merasa nyaman dan sehat dapat meningkatkan kekuatan fisik dan mental untuk menghadapi tekanan di dunia kerja.
Tips terakhir untuk mengatasi burnout adalah mempertimbangkan opsi-opsi yang ada terkait kerja. Bila situasi di tempat kerja tidak dapat berubah, mencari tempat kerja baru dapat menjadi opsi yang dipertimbangkan.
Buat CV di Cake, tersedia 12+ template CV menarik yang ATS friendly. Gratis Download PDF! 🎉
Burnout adalah fenomena yang marak terjadi pada hari ini. Jika itu terjadi, jangan ragu untuk mengusahakan perubahan atau bahkan meminta bantuan. Semakin cepat burnout diidentifikasi dan dicari jalan keluarnya, semakin cepat pula burnout dapat diatasi.
Tidak hanya CV maker gratis, Cake adalah situs lowongan kerja terpercaya dan transparan. Kamu bisa mencari pekerjaan impian kamu dari berbagai perusahaan berkualitas dan ternama. Yuk, buat CV online gratis, portofolio kerja, dan lamar kerja di website pencari kerja Cake.
--- Ditulis Oleh Stephen Antonius ---
Explore a range of job search tools and resources to achieve your dream career goals. Join the fastest-growing talent platform in the APAC region and expand your professional network.