Cara Membangun Networking Cerdas di 2025: Jangan Hanya Fokus Pada HRD!

Dengan pasar kerja di Indonesia yang semakin kompetitif di 2025, kemampuan untuk membangun networking profesional menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Data menunjukkan bahwa lebih dari 80% posisi kerja diisi melalui jaringan, artinya ada peluang besar yang didapat mereka yang memulai networking-nya lebih cepat. 

Di artikel ini, kamu akan menemukan alasan mengapa networking kian penting, gaya networking yang ideal, hambatan yang muncul, dan bagaimana cara membangunnya dengan cerdas di 2025. Yuk, simak langkah-langkah praktis yang bisa langsung kamu terapkan!

Ini Alasan Networking Jadi "Life Hack" Karier di 2025

“cara
Alasan Networking Penting di 2025

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 152,11 juta orang, meningkat 4,40 juta orang dibandingkan Agustus 2023. 

Dari jumlah tersebut, sebanyak 144,64 juta orang telah bekerja, sementara sisanya, sekitar 7,47 juta orang, menganggur. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode ini tercatat sebesar 4,91%. 

Peningkatan jumlah angkatan kerja ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja terus bertambah. Namun, penyerapan tenaga kerja belum mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja, mengindikasikan adanya kesenjangan antara ketersediaan tenaga kerja dan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Apa Akar Masalahnya?

  1. Skill Mismatch: Tren digitalisasi membutuhkan kompetensi spesifik (seperti AI, data analytics, atau energi terbarukan), sementara banyak lulusan belum memenuhi kriteria ini.
  2. Hidden Job Market: Sekitar 70% lowongan kerja tidak dipublikasikan, dan 50-80% posisi terisi lewat koneksi profesional (npr.org)

Mengapa Networking Jadi Senjata Utama?

  • Akses ke “Pintu Belakang” Industri: Rekomendasi dari mentor, alumni, atau kolega sering kali menjadi jalur tercepat ke lowongan eksklusif. Contoh: Startup teknologi di Jakarta dan Surabaya lebih memprioritaskan rekrutmen melalui referensi internal.
  • Personal Branding di Tengah Lautan Kandidat: Ketika ribuan orang memiliki kualifikasi serupa, relasi yang kuat membuat Anda lebih mudah diingat. Partisipasi aktif di komunitas atau menjadi pembicara webinar bisa meningkatkan visibilitas hingga 40% (LinkedIn).
  • Mentorship untuk Antisipasi Tren: Jaringan profesional memberikan akses ke informasi tentang sertifikasi atau skill yang akan dibutuhkan di masa depan. Misalnya, koneksi di industri fintech bisa memberi tahu Anda tentang pentingnya sertifikasi blockchain pada 2025.
  • Referensi jadi Kartu As untuk HRD: Survei Robert Half menunjukkan 85% HRD lebih mempercayai kandidat yang direkomendasikan rekan internal.

📚 Baca juga: Networking dalam Dunia Kerja: Manfaat dan Cara Membangunnya

Hambatan dalam Membangun Networking

“cara
Hambatan dalam Membangun Networking

Berdasarkan survei ACHE of South Florida (2023), hanya 37% profesional yang merasa sangat nyaman dalam aktivitas networking. Sebanyak 31% mengaku cukup nyaman, sementara 32% sisanya merasa tidak nyaman, netral, atau sangat tidak nyaman. Ini menunjukkan bahwa hampir 1 dari 3 orang masih menghadapi kegelisahan saat harus membangun relasi profesional.

📚 Baca juga: Begini Cara Menghubungi Recruiter di LinkedIn [+Template]

5 Hambatan Utama Networking dan Cara Mengatasinya

Survei yang sama mengungkap lima penghalang utama dalam membangun jaringan profesional:

1. Waktu Terbatas (25%)

  • Akar Masalah: Banyak profesional menganggap networking sebagai "aktivitas tambahan", bukan prioritas.
  • Solusi:
    • Micro-Networking: Manfaatkan waktu 10-15 menit sehari untuk mengirim pesan follow-up atau berkomentar di postingan LinkedIn.
    • Digital First: Ikuti webinar atau komunitas online yang fleksibel, seperti LinkedIn Audio Events atau grup Slack.

2. Bingung Memulai Percakapan (22%)

  • Akar Masalah: Takut dianggap mengganggu atau tidak relevan.
  • Solusi:
    • Gunakan Formula "PPP":
      • Praise: "Saya sangat terinspirasi dengan artikel Anda tentang ESG..."
      • Purpose: "...Saya penasaran, bagaimana cara memulai karir di bidang ini?"
      • Proposal: "Bolehkah kita bertukar pikiran via Zoom 15 menit?"
    • Bawa "Conversation Toolkit": Siapkan 3 pertanyaan terbuka sebelum acara, seperti:
      “Apa proyek paling menantang yang sedang Anda kerjakan?”
      “Skill apa yang wajib dikuasai pemula di industri ini?”

3. Kesulitan Menjaga Koneksi (20%)

  • Akar Masalah: Follow-up yang generik (“Senang bertemu Anda!”) tidak membangun engagement.
  • Solusi:
    • Teknik "Give First":
      • Kirim sumber daya relevan: “Saya ingat Anda tertarik pada AI—ini link webinar gratis tentang ChatGPT untuk bisnis.”
      • Tagging konten: Mention koneksi di postingan LinkedIn terkait keahlian mereka.
    • Kalender Otomatis: Gunakan tools seperti Clay atau Dex untuk mengingatkan ulang tahun, promosi jabatan, atau momen penting koneksi kamu.

4. Takut Ditolak atau Dihakimi (12%)

  • Akar Masalah: Overthinking respons negatif yang sebenarnya jarang terjadi.
  • Solusi:
    • Reframing Mindset: Anggap setiap interaksi sebagai latihan, bukan ujian.
    • Studi Kasus: Riset Wellness Road Psychology (2023) membuktikan bahwa merencanakan 3 topik pembicaraan sebelum acara mengurangi kecemasan sosial hingga 50%. Contoh rencana:
      1. Tanyakan tentang tren industri.
      2. Ceritakan proyek terkini (tanpa sombong).
      3. Minta rekomendasi buku/podcast.

5. Kurang Percaya Diri (11%)

  • Akar Masalah: Membandingkan diri dengan profesional yang lebih berpengalaman.
  • Solusi:
    • Skill-Based Networking: Fokus pada topik di mana Anda kompeten. Misal, jika Anda mahal analisis data, tawarkan insight dari dataset publik.
    • Role-Playing: Latihan dengan teman atau mentor menggunakan skenario:
      “Bagaimana cara memperkenalkan diri ke CEO startup?”
      “Apa respons jika seseorang tidak tertarik berbicara?”

Macam-Macam Gaya Networking

“cara
Macam-Macam Gaya Networking

Berdasarkan riset American College of Healthcare Executives (ACHE), setiap individu memiliki gaya networking unik yang dipengaruhi kepribadian dan tujuan karier. Berikut klasifikasinya, lengkap dengan kekuatan, kelemahan, dan strategi penyesuaian:

1. The Pro: Sang Strategis

  • Ciri: Fokus pada koneksi yang selaras dengan tujuan jangka panjang (misal: green energy atau AI ethics).
  • Kekuatan: Efisien dan terarah. Cocok untuk profesional yang ingin masuk ke industri spesifik.
  • Kelemahan: Berisiko melewatkan peluang tak terduga di luar target.
  • Strategi: Gunakan LinkedIn Advanced Search untuk menyaring koneksi berdasarkan kriteria spesifik, lalu kirim pesan personal dengan merujuk kesamaan tujuan.

2. The Pathfinder: Si Penjelajah

  • Ciri: Gemar mencoba berbagai metode (event fisik, platform digital, komunitas).
  • Kekuatan: Fleksibel dan adaptif. Ideal untuk industri dinamis seperti startup atau digital marketing.
  • Kelemahan: Rentan kelelahan karena terlalu banyak eksperimen.
  • Strategi: Evaluasi efektivitas metode setiap 3 bulan. Fokus pada 2-3 strategi yang paling menghasilkan.

3. The Social Butterfly: Si Rajin Terhubung

  • Ciri: Mahir membangun rapport dengan siapa pun dalam 5 menit.
  • Kekuatan: Jaringan luas. Cocok untuk bidang sales atau public relations.
  • Kelemahan: Relasi cenderung dangkal tanpa follow-up bermakna.
  • Strategi: Gunakan tools seperti Notion untuk mencatat detail interaksi (misal: “Rina sedang belajar coding—kirimkan kursus Python gratis minggu depan”).

4. The Homer: Si Penjaga Lingkaran Lama

  • Ciri: Hanya nyaman dengan koneksi yang sudah dikenal.
  • Kekuatan: Relasi yang dibangun biasanya kuat dan terpercaya.
  • Kelemahan: Membatasi akses ke peluang baru.
  • Strategi: Mintalah warm introduction dari teman dekat ke jaringan mereka (contoh: “Bisa perkenalkan saya dengan kolegamu di bidang fintech?”).

5. The Loner: Si Pengamat

  • Ciri: Lebih sering menunggu dihampiri.
  • Kekuatan: Kemampuan observasi yang tajam.
  • Kelemahan: Kehilangan kesempatan membuat kesan pertama.
  • Strategi: Siapkan 1-2 conversation starter sederhana, seperti: “Saya tertarik dengan presentasi Anda tadi. Apa tantangan terbesar dalam proyek ini?”.

6. The Lurker: Si Penilai Situasi

  • Ciri: Mengamati dinamika sebelum terlibat.
  • Kekuatan: Analisis risiko sebelum bertindak.
  • Kelemahan: Terlambat mengambil inisiatif.
  • Strategi: Tetapkan target “3 orang yang harus diajak bicara” sebelum acara dimulai.

7. The Procrastinator: Si Penunda

  • Ciri: Baru aktif ketika deadline mendekat.
  • Kekuatan: Sering memiliki ide kreatif dadakan.
  • Kelemahan: Kehilangan momentum membangun hubungan.
  • Strategi: Setel reminder 1 jam sebelum acara dengan pesan: “Siapkan 3 pertanyaan untuk ice breaker”.

8. The Hog: Si Dominator

  • Ciri: Mendominasi percakapan tanpa memberi ruang.
  • Kekuatan: Percaya diri tinggi.
  • Kelemahan: Dihindari dalam jaringan profesional.
  • Strategi: Terapkan “60/40 rule”: 60% waktu untuk mendengar, 40% untuk berbicara.

9. The Torpedo: Si Penyelundup

  • Ciri: Menginterupsi diskusi tanpa mempertimbangkan etika.
  • Kekuatan: Berani mengambil inisiatif.
  • Kelemahan: Merusak reputasi.
  • Strategi: Pelajari cultural code lingkungan sebelum menyela. Di acara korporat, tunggu jeda alami dalam percakapan.

Tidak Ada Gaya “Sempurna”—Yang Ada adalah Strategi yang Intensional

Menurut Ronen Olshansky, CEO Connected Success, networking adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Introvert pun punya keunggulan, seperti kemampuan mendengar dan follow-up yang personal. Kuncinya adalah mengenali kekuatan alami kamu, lalu merancang strategi yang memaksimalkannya.

💡Contoh Adaptasi:

  • Jika kamu introvert dengan gaya The Lurker:
    1. Manfaatkan platform asynchronous seperti email atau LinkedIn Message untuk membangun koneksi.
    2. Fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Kirim pesan personal seperti: “Saya tertarik dengan artikel Anda tentang ESG. Boleh berdiskusi lebih lanjut via Zoom?”.
  • Jika kamu ekstrovert dengan gaya The Social Butterfly:
    1. Alokasikan waktu untuk deep dive dengan 2-3 koneksi kunci tiap bulan.
    2. Gunakan energi sosial untuk menjadi connector antarjaringan.

Langkah Praktis Menemukan Gaya Networking Ideal

  1. Tes Kepribadian: Ikuti assessment seperti Myers-Briggs atau DISC untuk memahami kecenderungan alami.
  2. Eksperimen Terkontrol: Coba 2-3 gaya berbeda dalam 1 bulan, lalu catat hasilnya.
  3. Minta Feedback: Tanya rekan tepercaya: “Menurutmu, gaya networking saya lebih cocok ke tipe apa?”.

💡Penting Diingat

Gaya networking bisa berubah seiring perkembangan karier. Hal yang terpenting adalah tetap autentik dan berfokus pada memberi nilai sebelum meminta bantuan.

“Mitos bahwa networking sulit untuk introvert bisa diubah dengan menyadari keyakinan yang membatasi. Dengan pendekatan yang lebih strategis dan terarah, kamu bisa membangun koneksi yang lebih dalam. Pikirkan bagaimana kamu ingin orang lain merasa saat berinteraksi denganmu.”

Keith Ferrazzi, Founder Ferrazzi Greenlight


Dengan memahami gaya networking yang sesuai, kamu tidak hanya survive di pasar kerja 2025, tetapi juga membangun fondasi karier yang berkelanjutan.

Tips Networking Cerdas di 2025: Seni Memberi Sebelum Meminta

“networking</a

1. Networking Bukan Hanya dengan HRD atau Manajer

Shannon Blankschen, Career Counselor di The Jericho Project, memberikan nasihat yang menarik:

“Jangan pernah menganggap seseorang tidak bisa membantumu hanya karena mereka bukan HRD atau atasan. Bahkan seseorang yang sedang mencari kerja bisa menjadi ‘jembatan’ ke perusahaan impianmu suatu hari nanti.”

Mengapa Ini Penting?

  • Hukum Six Degrees of Separation: Setiap orang yang kamu temui, mulai dari teman kampus hingga peserta webinar, berpotensi membawamu ke orang yang tepat.
  • Contoh Nyata: Seorang desainer grafis freelance terhubung dengan CEO startup melalui rekomendasi teman di komunitas UX. Meskipun awalnya CEO tersebut bukan klien, dia merekomendasikan desainer tersebut ke mitra bisnisnya.

Hal yang Bisa Dilakukan:

  • Hilangkan Prasangka: Jangan hanya fokus pada jabatan. Cari tahu peran, minat, atau proyek yang sedang dikerjakan oleh lawan bicaramu.
  • Ajukan Pertanyaan Terbuka: Misalnya, “Apa tujuan karier Anda dalam 2 tahun ke depan?” atau “Apa tantangan terbesar di bidang Anda saat ini?”.

2. Jangan Hanya Jadi Anggota, Tapi Jadi Kontributor

“Networking yang efektif dimulai ketika kamu memberi nilai, bukan hanya meminta.”

Strategi Kontribusi yang Berdampak:

  • Jadi Relawan untuk Proyek Komunitas: Misalnya, menjadi moderator webinar atau menulis artikel untuk blog komunitas.
  • Mulai Diskusi Bermutu: Di grup Slack atau Discord, ajak anggota berdiskusi tentang tren terkini, seperti “Bagaimana AI mengubah industri retail?”.

3. Hadiri Acara di Luar Niche: Perluas Radar Peluangmu

“Inovasi sering lahir dari kolaborasi lintas disiplin.”

Contoh Acara yang Layak Dieksplor:

  • Tech Meetups untuk Non-Tech Professional: Pelajari dasar coding atau AI untuk memahami kebutuhan tim teknis di perusahaan targetmu.
  • Startup Pitch Competition: Bangun relasi dengan founder dan investor, bahkan jika kamu bukan bagian dari ekosistem startup.

Tips:

  • Tetapkan Tujuan Spesifik: Misalnya, “Saya ingin bertemu 1 orang dari industri kesehatan dan 1 dari fintech.”
  • Gunakan Pendekatan “Curiosity-Driven”: Tanyakan, “Saya dari bidang marketing. Boleh saya tanya bagaimana strategi akuisisi pengguna di startup Anda?”

4. Bangun Personal Branding Online: Dari Visibilitas ke Kredibilitas

“Di era algoritma, keahlianmu tidak ada artinya jika tidak terlihat.”

Cara Membangun Kehadiran Digital yang Berbeda:

  • Konten Mikro: Posting tips singkat di LinkedIn (1-2 paragraf) tentang insight industri. Contoh: “3 Kesalahan Umum Analisis Data yang Saya Pelajari dari Klien”.
  • Kolaborasi Konten: Interview profesional lain via Instagram Live atau LinkedIn Newsletter.

Platform Alternatif:

  • Medium atau Substack: Tulis artikel mendalam tentang tren 2025.
  • Behance atau GitHub: Tampilkan portofolio interaktif untuk desainer atau developer.

5. Seni Berbicara: Dari "Small Talk" ke "Deep Connection"

“Orang mungkin lupa apa yang kamu katakan, tapi mereka tak akan lupa bagaimana kamu membuat mereka merasa.”

Formula Percakapan yang Bermutu:

  1. Mulai dengan Cerita: “Saya pernah gagal mengelola tim remote, lalu belajar… Bagaimana pengalaman Anda?”
  2. Dengarkan Aktif: Catat poin penting untuk follow-up, seperti “Anda bilang sedang ekspansi ke Malaysia—bagaimana perkembangannya?”.
  3. Tutup dengan Aksi: “Saya akan email Anda template manajemen proyek yang tadi kita bahas.”

Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari:

  • Monopoli pembicaraan.
  • Fokus pada pencapaian diri tanpa mengeksplorasi kebutuhan lawan bicara.

6. Follow-Up yang Berdampak: Bukan Sekadar "Nice to Meet You"

“Koneksi pertama hanyalah benih. Follow-up adalah air yang membuatnya tumbuh.”

Contoh Follow-Up yang Diingat:

  • Beri Nilai Tambah:
    “Terima kasih atas diskusi tentang ESG kemarin. Ini laporan terbaru tentang regulasi energi terbarukan di ASEAN—mungkin relevan untuk tim Anda.”
  • Jadikan Rutinitas:
    • Kirim artikel atau event relevan setiap 2-3 bulan.
    • Ucapkan selamat saat koneksi mencapai pencapaian, seperti promosi jabatan atau peluncuran produk.

Tools Rekomendasi:

  • HubSpot CRM Gratis: Kelola kontak dan atur pengingat follow-up.
  • Calendly: Permudah janji temu lanjutan.

Ingin tips lainnya? Simpan infografik berikut ini, yuk!

cara-membangun-networking
Cara Membangun Networking

Ingin memulai networking? Coba networking dengan cara baru di Cake Meet, hanya tinggal swipe bisa langsung connect 👥

Kesalahan Umum Saat Networking

1. Terlalu banyak berbicara tentang diri sendiri

Tidak ada orang yang akan tertarik jika kamu terus-menerus membicarakan diri sendiri. Alih-alih, lawan bicara akan merasa kamu seorang pencari perhatian yang tidak bisa memberikan timbal balik menguntungkan apapun. Karena itu, belajar mendengarkan penting untuk dilakukan dalam proses networking.

Pendengar yang baik dibentuk dari rasa simpati dan empati terhadap orang lain. Selain mencoba untuk tidak menginterupsi lawan bicara, gerak-gerik tubuh juga perlu diperhatikan. Jika lawan bicaramu sedang membahas sesuatu yang penting, bersikaplah seakan kamu merasa tertarik.

2. Tidak mempersiapkan diri

Tidak memiliki informasi apapun mengenai lawan bicara bisa berakibat fatal. Salah-salah kamu justru kesulitan untuk menyambungkan obrolan. Agar proses perkenalan berjalan lancar, lakukan background check lawan bicara. Paling mudah adalah dengan membaca secara seksama LinkedIn individu tersebut.

Jika lawan bicaramu adalah orang yang sudah terkenal, cari tahu nama dan pemberitaannya di mesin pencari. Seandainya ia pernah menjadi pembicara di sebuah diskusi, kulik tema diskusi dan temukan hal-hal menarik yang bisa jadi pemantik pembicaraan. 

Takut mulai percakapan? Tidak perlu pusing mulai pembicaraan di Cake Meet karena ada fitur AI Icebreaker! 💬

3. Hanya menghubungi saat membutuhkan

Hanya menghubungi saat membutuhkan terjadi ketika kamu tidak mengenal atau kurang orang-orang dalam lingkar jejaringmu. Namun bukan berarti kamu perlu menghubungi mereka setiap saat. 

Ini adalah tips yang bisa kamu coba jika relasi barumu aktif menggunakan media sosial; cobalah sesekali memberikan komentar atau reaksi ketika mereka membuat status. Dari situ biasanya akan muncul obrolan yang bisa jadi langkah untuk mengakrabkan diri.

Namun agar tidak terkesan mengganggu, beri jeda untuk tiap pesan, komentar, atau reaksi yang kamu ingin kamu kirim. 

4. Tidak melakukan follow-up

Menindaklanjuti atau follow-up bisa kamu lakukan dengan berbagai cara. Misal, kamu bisa mengunggah kesan pertemuan dengan lawan bicara di media sosial dan men-tag akun mereka. Atau menghubungi lawan bicara dengan ucapan terima kasih dan keinginan untuk berkolaborasi atau bekerja sama di kemudian hari.

5. Terlalu memaksakan diri

Nah tips selanjutnya dalam membangun networking adalah terlalu memaksakan diri. Tidak semua orang nyaman berkomunikasi dengan orang baru. Ketika kamu menemukan kasus seperti ini, mundur terlebih dahulu dan beri lawan bicara ruang. Jika memang tidak memungkinkan, kamu bisa menjajal cara lain atau mencoba lagi di lain waktu.

6. Kurang mendengarkan lawan bicara

Kurang mendengarkan sama kasusnya dengan terlalu banyak bicara. Ketika kamu berencana untuk datang atau berkenalan dengan tujuan meluaskan networking, siapkan diri untuk menyerap banyak hal dari lawan bicara, layaknya sponge. 

Jika terjadi kesulitan untuk menyimak pembicaraan orang lain, mungkin kamu memiliki masalah dengan attention span. Untuk menangani hal ini, kamu bisa mulai dengan melatih fokus dengan banyak membaca buku atau artikel, mengurangi scrolling sosial media, dan lain-lain.

7. Tidak konsisten dalam komunikasi

Ketujuh adalah tidak konsisten dalam komunikasi. Ini terjadi ketika kamu tidak menentukan tujuan dari networking yang ingin dilakukan. Memelihara networking adalah hal yang sulit, oleh karena itu kamu perlu pintar-pintar membuat strategi yang pas. 

8. Fokus pada kuantitas, bukan kualitas

Kesalahan terakhir dalam networking adalah kamu terlalu fokus dengan jumlah dibanding kualitas. Mengenal banyak orang tentu baik, tapi jika kamu tidak fokus pada kelompok yang bisa memberikan benefit, waktumu akan terbuang percuma. Jadi bedakan antara jejaring pertemanan dan professional networking. 

Khusus untuk jejaring profesional, kamu harus mengedepankan kualitas orang-orang di dalamnya. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan memanfaatkan informasi yang tersebar di media sosial dan melakukan analisis atas data tersebut.

Bagaimana, tertarik untuk mulai membangun jaringan profesional? Mulai bangun network-mu di Meet! Untuk informasi lebih lengkap, baca di sini 📖

Kesimpulan

  1. Membangun networking tidak hanya untuk menambah relasi dan koneksi, tapi juga untuk menilai kemampuan diri sekaligus menambah pengetahuan baru. Hal yang penting, memiliki jejaring juga memperluas kesempatan untuk mengembangkan karier lebih baik.
  2. Cara efektif mengembangkan networking adalah dengan melakukan riset, melatih kemampuan komunikasi dan percaya diri, dan aktif dalam kegiatan yang menunjang profesionalitas.
  3. Kesalahan umum yang sering terjadi ketika membentuk jejaring atau koneksi adalah tidak cukup jadi pendengar yang baik dan terlalu banyak mendengarkan diri. Memberikan porsi yang seimbang untuk lawan bicara juga bagian penting dalam networking.

Itu dia strategi membangun networking yang dapat kamu manfaatkan sebagai panduan untuk menyusun strategi. Perlu diingat, jejaring dan koneksi tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat. Pastikan untuk selalu konsisten, ya!

👉 Siap memperluas jaringan profesionalmu? Download aplikasi Cake sekarang dan mulai terhubung dengan profesional dari beragam industri 👀⬇️

cara-membangun-networking
Mulai Networking di Cake Meet!

Cake adalah platform yang menawarkan berbagai solusi untuk kebutuhan kariermu. Kamu bisa bikin CV yang profesional dan ATS-friendly, dan ada fitur Cake AI CV Checker untuk mengoptimalkan CV kamu. Cake Cover Letter AI juga siap membantu kamu bikin surat lamaran yang menarik HRD.

Plus, kamu juga bisa bikin portofolio online, cari lowongan kerja di job portal atau aplikasi cari kerja kami, serta mulai networking dan membangun personal branding lewat Cake. Jangan lupa untuk ikuti panduan karier dan blog kami untuk membantu perkembangan karirmu.

Siap wujudkan karier impian? Yuk, cobain Cake sekarang!

3 Benefits of Subscribing to Cake's Newsletter

  • Bi-weekly newsletter updates
  • Industry trends and skills recommendation
  • Latest job openings and job search information
Newsletter

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles
Career Development
Feb 19th 2025

8+ Contoh Surat Permohonan Pindah Tugas, Begini Caranya!

Surat permohonan pindah tugas adalah surat yang dibuat oleh pegawai kepada atasannya untuk mengajukan mutasi dari satu daerah ke daerah lainnya.