GoTo Layoff, Apa yang Harus Kita Lakukan?

Tiga tahun belakangan terasa sangat penuh dengan kejutan. Setelah pandemi yang menyerang tahun 2020 dan 2021, tahun ini diramaikan dengan Rusia yang menyerang Ukraina. Dan seakan belum cukup di sana, kini kita dikejutkan dengan Tech Winter.

Pandemi Covid-19 membuka jalan bagi berbagai solusi berbasis teknologi. Dan ditambah dengan kiat pemerintah di seluruh dunia untuk meredam efek pandemi kepada perekonomian negara dengan menjalankan easy money policy, maka dalam dua tahun belakangan harga saham teknologi pun melambung tinggi. 

Setelah pandemi berangsur beringsut, pemerintah pun mulai mengencangkan ikat pinggang demi menjaga kesehatan finansial. Dana segar untuk berinvestasi pada sektor teknologi pun menipis. Harga-harga saham pun mulai mengalami penurunan. 

Hal ini masih diperparah inflasi yang menyebabkan konsumsi masyrakat menurun. Alhasil, kinerja perusahaan-perusahaan teknologi pun tersendat. Dan harga saham tertekan makin dalam. 

Inilah yang menyebabkan Tech Winter atau musim dingin pada sektor teknologi. 

Demi bertahan dalam situasi pelik ini, perusahaaan-perusahaan teknologi mencoba untuk mengurangi beban pengeluaran perusahaan. Salah satunya, dengan mereduksi gaji karyawan.  Berturut-turut Amazon dan Meta (Facebook) melakukan perumahan karyawannya. 

Di Indonesia, para tech startup juga melakukan PHK. Shopee memberhentikan 3% dari karyawannya. Langkah yang juga diikuti oleh RuangGuru dan Zenius. Sampai akhirnya, GoTo pun mem-PHK 13% dari karyawannya pada 18 November 2022 lalu.

Where to go, GoTo?

Perjalanan GoTo memang menarik untuk disimak. Sejarahnya dimulai dari dua perusahaan yang bergerak di bidang yang berbeda. Gojek di bidang transportasi dan kemudian keuangan (GoPay). Dan Tokopedia yang menjadi salah satu pemain pertama pada bisnis e-commerce Indonesia. 

Perlahan tapi pasti, keduanya memperbesar pangsa pasar. Pandemi memang menghambat sejumlah lini bisnis (misal: GoLife). Namun di saat yang sama, juga mengakselerasi pembelian secara online dan bisnis logistic pengantaran barang. 

Dalam rangka memperkuat perusahaan untuk bersaing dengan para rivalnya, Gojek dan Tokopedia melakukan merger pada 17 Mei 2021 lalu.  Andre Soelistyo yang sudah menjabat sebagai Co-CEO GoJek sejak tahun 2019 didaulat sebagai CEO dari perusahaan hasil patungan. 

Setelah merger, GoTo mulai mempersiapkan diri untuk melantai di bursa saham Indonesia. Meski diterpa oleh isu pandemi Covid-19, GoTo tetap bersikukuh mencatatkan diri di bursa saham. Alhasil GoTo berhasil melepas 40 milyar lebih lembar sahamnya pada harga Rp338/lembar. Atau setara dengan Rp 13,7 triliun dana segar yang mengalir ke kasnya.

Setelah merger dan IPO, topline GoTo tetap berkembang dengan pesat. Dari segi pendapatan, per kuartal 3 2022, GoTo mencatatkan pendapatan tahun 2022 sebesar RP 7,97 Triliun.

Sayangnya, sejak sebelum merger hingga hari ini, GoTo belum berhasil untuk mencatatkan laba. Perusahan ini masih terus merugi. Terbaru, per 30 September 2022, GoTo mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 20,9 triliun. Alias 2.5 kali lebih besar dari pendapatan bersihnya. 

Dengan latar belakangan keuangan ini, wajar bila GoTo berstrategi untuk melakukan perampingan karyawan. Apalagi di tengah tekanan sentimen makroekonomi yang masih belum terlalu baik.

CEO GoTo sendiri mengaku bahwa pemberhentian karyawan ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan perusahaan di tengah situasi ekonomi saat ini. 

Mengenal Tanda Perusahaan Layoff

Startup layoff yang terjadi belakangan ini terasa seperti tepukan yang membangunkan. Tak terlalu besar, tapi mengejutkan.

Ketika jaket-jaket hijau khas perusahaan Karya Anak Bangsa mulai memenuhi jalan-jalan kita beberapa tahun yang lalu, trajektori Gojek seakan-akan hanya searah menuju kejayaan tanpa henti. Atau ketika pandemi sedang mengamuk dan Tokopedia mendapatkan momentumnya, layoff GoTo terasa sangat jauh.

Namun demikianlah faktanya.

Dari sisi pekerja/karyawan, terutama yang bekerja di tech startup, tentunya ada kekhawatiran akan ketidakpastian masa yang akan datang. Bagaimanapun, pencarian kerja pasca-layoff dapat memakan waktu beberapa bulan. Selama waktu itu pula, dapur rumah tetap harus dijaga agar tetap mengepul. 

Maka dari itu, tentunya akan lebih baik bila sebagai pekerja kita bisa tahu sedari awal perihal rencana layoff di perusahaan kita.  Pemberitahuan lebih awal ini setidaknya mengizinkan pekerja untuk memepersiapkan diri lebih awal, mulai dari menyiapkan lebih banyak dana tabungan, hingga melamar lebih awal ke perusahaan-perusahaan lain.

Sayangnya, karena berbagai alasan, tak banyak perusahaan yang menceritakan rencana layoff sedari awal pada pekerjanya. Dan karena itu, sebagai pekerja, penting untuk membaca tanda-tanda perusahaan akan melakukan layoff.

1. Kondisi Makroekonomi yang Memburuk.

Seperti dalam kasus GoTo, Shopee, dan perusahaan lainnya yang melakukan perampingan pada masa Tech Winter ini, salah satu indikator PHK massal adalah situasi ekonomi yang memburuk.

2. Pendapatan Atau Keuntungan yang Stagnan

Dalam merencanakan jumlah karyawan dalam perusahaan, indikator finansial seperti pendapatan dan keuntungan merupakan salah satu pertimbangan penting. Kondisi keuangan yang kurang sehat mempersempit ruang gerak perusahaan dalam urusan ketenagakerjaan. Bottom line yang merah dapat menyebabkan perusahaan untuk melakukan layoff. 

Untuk itu bila perusahaan tempat kalian bekerja mengalami penurunan keuntungan atau bahkan kerugian, itu bisa menjadi tanda-tanda awal bagi perampingan. 

3. Rencana Merger atau Akuisisi

Umumnya setelah merger atau akuisisi, dua entitas yang kemudian tergabung menjadi satu akan melakukan perampingan di beberapa pos karyawan. Hal ini dikarenakan ada sebagian pekerjaan yang overlap antar kedua entitas. Misalkan: proses pembukuan. Dan perusahaan tentunya akan berusaha untuk memperkecil pengeluaran yang bisa dikurangi. Salah satunya, dengan memberhentikan sebagian karyawan.

4. Karyawan C-Level atau Manajer Senior Meninggalkan Perusahaan

Pekerja-pekerja tingkat atas umumnya mengetahui lebih banyak informasi terlebih dahulu dibandingkan karyawan lainnya. Dan bila mulai banyak karyawan senior meninggalkan perusahaan, hal ini juga bisa menjadi indikator bahwa perusahaan sedang menuju arah yang kurang baik. Dan layoff dapat segera terjadi.  

5. “Ada yang Berbeda”

Umumnya ketika layoff sedang dipertimbangkan, akan ada hal-hal kecil dalam keseharian perusahaan yang berubah. Perubahan-perubahan ini contohnya seperti HR dan manajer-manajer yang mulai sering melakukan rapat, manajer yang semakin inkomunikatif. 

Selain itu, dalam situasi-situasi ini, karyawan akan diminta untuk mencatat waktu yang mereka perlukan untuk melakukan setiap tugas. Dan tentunya indikator yang paling jelas adalah ketika ada kotak/kardus yang berumunculan di kubikel dan kantor. 

Bagaimana Cara Menghadapi Layoff?

Ketika tanda-tanda di atas sudah mulai terlihat di perusahaan tempat kita bekerja, ada baiknya untuk kita mulai mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu perusahaan tersebut melakukan layoff

1. Berhemat dan Menabung

Untuk mengantisipasi ketidakstabilan pendaptaan pasca layoff, pastikan untuk mulai melakukan penghematan. Umumnya, akan sulit untuk mengubah pola hidup secara drastis dalam waktu singkat. Karena itu, usahakan untuk secara bertahap untuk mengurangi pengeluaran, sambil menabung lebih selama layoff belum terjadi. 

2. Kenali Hak-Hak Pekerja

Pelajarilah hak-hak pekerja, terutama yang berkaitan dengan pemberhentian sepihak. Hak-hak ini bisa tertera pada kontrak kerja maupun dalam peraturan pemerintah. Pastikan untuk mengetahui hak-hak kita sebagai pekerja seperti jumlah pesangon bila pemberhentian sepihak terjadi.

3. Belajar, Belajar, Belajar

Pasca-layoff, sebagian besar pekerja akan mencari pekerjaan baru. Untuk memperbesar kemungkinan/mempercepat proses diterima kerja, pelajari skill baru yang relevan dengan bidang Anda. Ada berbagai cara untuk mendapatkan keterampilan baru, mulai dari menonton YouTube, mengikuti kelas online seperti Udemy, atau juga mengambil kursus-kursus fisik.

4. Perluas Jaringan

Untuk mempermudah proses pencarian kerja, usahakan untuk memperluas jaringan dan mengenal lebih banyak orang. Bila Anda berminat untuk mencari kerja di bidang yang sama, manfaatkan kesempatan selagi bekerja di perusahaan Anda sekarang untuk mengenal sebanyak mungkin supplier/customer/kompetitor. Cari tahu bila perusahaan mereka sedang membutuhkan karyawan dengan skillset yang Anda miliki. 

Baca juga:  9 Manfaat Networking Dalam Karier dan Cara Membangunnya!

5. Melamar Kerja Sedini Mungkin

Setelah CV/LinkedIn selesai dipersiapkan, segeralah melamar kerja. Anda dapat mengikuti proses lamaran kerja selagi masih dipekerjakan di perusahan sekarang. Bila perusahaan tempat bekerja sekarang tidak jadi melakukan PHK, Anda tetap dapat mempertimbangkan offer yang Anda dapatkan dan memilih untuk mengambil tawaran atau tidak.

Where to go from here?

Tren PHK yang terjadi belakngan, khususnya di bidang teknologi, tentunya sangat merisaukan. Sebisa mungkin amatilah bila ada tanda-tanda layoff di perusahaan tempat Anda bekerja. Dan persiapkanlah diri sedini mungkin untuk mengantisipasinya. 

--- Ditulis Oleh Stephen Antonius ---


3 Benefits of Subscribing to Cake's Newsletter

  • Bi-weekly newsletter updates
  • Industry trends and skills recommendation
  • Latest job openings and job search information
Newsletter

Resume Builder

Build your resume only in minutes!

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles
Career Development
Mar 6th 2024

8+ Contoh Surat Permohonan Pindah Tugas, Begini Caranya!

Surat permohonan pindah tugas adalah surat yang dibuat oleh pegawai kepada atasannya untuk mengajukan mutasi dari satu daerah ke daerah lainnya.