Apakah kamu merasa tidak betah di kantor karena atasan yang terlalu berlebihan dalam mengontrol pekerjaan? Bersabarlah sedikit dan hadapilah tipe atasan yang seperti ini.
Biasanya, bos yang menggunakan metode Micromanagement untuk mengawasi bawahannya tidak akan sadar bahwa apa yang mereka lakukan berdampak buruk pada kinerja dan kenyamanan tim.
Lalu, apa itu micromanaging? Bagaimana dampak gaya kepemimpinan seperti ini terhadap keberlanjutan perusahaan?
Daftar isi:
Lantas, apa yang dimaksud micromanagement? Secara bahasa, menurut kamus Merriam Webster micromanage adalah suatu tindakan mengontrol penuh terhadap seseorang maupun golongan tertentu. Dalam dunia kerja, micromanagement adalah gaya kepemimpinan dari atasan terhadap bawahan, bersifat penuh kontrol dan agak memaksa.
Sementara itu, menurut International Journal of Business and Management Invention, micromanaging adalah cara atasan memimpin dengan melakukan pengamatan yang berlebihan terhadap kinerja bawahan.
Cara memimpin seperti ini dianggap sudah tidak relevan karena justru menimbulkan dampak negatif:
Banyaknya dampak buruk dari micromanage ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak lagi cocok menerapkan sistem ini sebagai tindakan kontrol.
Utamanya, di era gen Z mulai banyak memasuki dunia kerja maka perusahaan perlu memakai sistem kontrol lain yang lebih humanis.
Setiap atasan memiliki alasan tersendiri kenapa mereka menerapkan suatu sistem untuk mengontrol karyawan. Jika kita berbicara soal micromanagement, biasanya para atasan memakai sistem ini karena kurangnya pengetahuan soal leadership dan kepercayaan terhadap karyawan.
Selain itu, ada beberapa alasan kenapa atasan melakukan micromanagement. Diantaranya adalah:
Jika kamu adalah seorang karyawan dan penasaran apakah atasan kamu sedang melakukan micromanage, silahkan simak beberapa ciri-ciri micromanage di bawah ini. Adakah beberapa ciri di bawah dalam diri bos kamu?
Seorang atasan micromanager sering merasa beberapa karyawan tidak bisa melakukan pekerjaan lebih baik dibandingkan dirinya. Atasan seperti ini umumnya hanya bisa percaya dengan segelintir orang di tempat kerja.
Pada akhirnya, pembagian pekerjaan tidak seimbang. Sebagian orang mendapatkan tugas hingga overload, sementara sebagian yang lain kekurangan tugas bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.
Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang bagus, seorang karyawan perlu merasa tenang dan bebas berpikir. Sayangnya, jika karyawan tersebut mendapatkan bos yang menerapkan micromanage, maka hal tersebut bisa jadi mustahil.
Meskipun deadline pekerjaan masih 2 hari lagi, atasan tetap akan menanyai secara terus menerus hingga membuat karyawan merasa frustasi.
Sebab kontrol yang berlebihan dari atasan, perusahaan akan sering kehilangan karyawan dan kelabakan mencari pengganti. Tingkat turnover karyawan yang tinggi ini jelas berdampak buruk pada reputasi perusahaan.
Perusahaan yang ingin memperbaiki employer branding mereka perlu mengganti atau melakukan koreksi terhadap sistem kontrol seperti ini.
Atasan akan selalu tidak puas dengan hasil pekerjaan yang telah dituntaskan karyawan. Ia akan selalu mencari celah kekurangan dari pekerjaan bawahannya, meskipun hal yang remeh sekalipun. Hal ini terjadi karena kebanyakan atasan micromanage adalah sosok yang perfectionist dan mudah insecure.
Deadline tidak realistis yang diberikan oleh atasan terhadap bawahannya merupakan imbas dari keinginannya yang menggebu untuk mendapatkan promosi di perusahaan. Mereka menganggap jika pekerjaan selesai lebih cepat, perusahaan akan menganggapnya berhasil dalam memimpin tim.
Sebagai sosok yang perfectionist, seorang micromanager selalu memandang rendah kompetisi rekan kerjanya sendiri. Ia sadar bahwa bawahannya sendiri memiliki skill yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya, tetapi tidak ingin mengakuinya.
Atasan yang melakukan micromanaging sering terpaku pada detail-detail remeh yang sebenarnya tidak mempengaruhi hasil kinerja. Misalkan saja, mengomentari kenapa ekspresi salah satu karyawan terlihat kurang serius saat bekerja.
Supaya kamu mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi terkait micromanage di lingkungan perusahaan, silahkan simak contoh micromanage di bawah ini.
Budi adalah karyawan di kantor PT Purna Bahagia. Ia Merupakan desainer grafis yang diberikan load pekerjaan 10 design feed instagram setiap harinya, mulai dari senin hingga jum’at.
Sayangnya, setiap hari Budi merasa kurang nyaman dengan team leadnya yang selalu mengawasinya ketika bekerja. Meskipun desain yang ia buat belum final, tetapi team lead selalu memberikan kritikan di tengah pekerjaan dan itu berlangsung terlalu sering.
Di hari Sabtu dan Minggu, Budi juga dituntut untuk mengerjakan pekerjaan lain dan harus memberikan update secara intens.
Iqbal adalah seorang mobile developer di perusahaan ABC. Ia merasa kelelahan melakukan revisi terhadap aplikasi yang dibuatnya.
Atasannya sendiri tidak memberikan brief yang jelas terkait apa saja hal-hal penting yang perlu dimasukkan ke dalam aplikasi tersebut.
Selama bekerja, Iqbal hanya mendapatkan kritikan dan bukan masukan yang mendukung pekerjaannya.
Jika kamu mengalami beberapa kesulitan selama bekerja karena atasan kamu adalah seorang penganut micromanage, mungkin solusi di bawah ini bisa membantu:
Langkah pertama adalah memahami alasan kenapa atasan kamu melakukan micromanage. Apakah beliau melakukan hal tersebut murni karena karakteristik personalnya yang perfectionist atau apakah anggota tim memang berperilaku kurang disiplin saat bekerja.
Jadi, jangan menilai mentah-mentah jika kesalahan ada pada bos kamu, ya. Bisa jadi pula memang karyawan di tempat kamu bekerja tidak bekerja dengan maksimal jika tidak diawasi.
Nah, apabila alasannya datang dari kurangnya kepercayaan atasan terhadap kamu, maka cobalah untuk meraih simpatinya.
Tunjukkan bahwa kamu melaksanakan pekerjaan dengan baik dan senantiasa bertanggung jawab. Kamu juga bisa inisiatif menghubungi untuk melaporkan progress pekerjaan.
Selama bekerja kamu pasti sudah tahu apa saja kesalahan-kesalahan yang membuat atasan kamu kecewa. Silahkan antisipasi agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
Kamu juga bisa inisiatif mengerjakan pekerjaan selanjutnya tanpa perlu menunggu perintah atasan. Jika kamu tidak mengerti, mintalah brief dari atasan.
Atasan yang melakukan micromanage biasanya kurang percaya dengan pekerjanya sendiri karena kurangnya komunikasi.
Nah, kamu bisa coba mengawali bicara dengan meminta bos memberikan feedback terhadap pekerjaanmu. Jangan tunggu hingga atasan memberikan kritik terlebih dahulu terhadap pekerjaanmu.
Jika kamu merasa sudah melakukan langkah 1 hingga 4 tetapi tidak ada perubahan dan kamu tetap merasa kurang nyaman dalam bekerja, silahkan bicarakan hal tersebut dengan HR.
Bisa jadi HR akan mengevaluasi kembali sistem kontrol yang digunakan atau memberikan saran terbaik bagi keberlangsungan produktivitas karyawan.
Namun, apabila kamu merasa tidak betah menghadapi atasan penganut micromanage, resign bisa jadi keputusan yang tepat.
Kamu tidak perlu khawatir susah mendapatkan pekerjaan baru. Selama CV yang kamu pakai menjual, akan sangat mudah bagimu untuk diterima bekerja di perusahaan lain.
Informasi tentang lowongan pekerjaan dari dalam dan luar negeri bisa mudah kamu temukan lewat fitur pencarian kerja dari Cake. Detail informasinya sangat lengkap, tersedia lowongan dari berbagai bidang seperti UX Designer, Website Builder, Programmer, Pengajar Sekolah dan masih banyak lagi.
Yuk, cari pekerjaan impianmu di Cake, gratis dan transparan!
Beberapa hal ini merupakan catatan penting yang perlu kamu perhatikan terkait micromanage.
Cake adalah website untuk membuat CV terbaik yang bisa menunjukan professional branding kamu di mata HRD. Kamu bisa langsung menggunakan template CV ATS-friendly dari Cake dan download dalam bentuk PDF, 100% gratis! Selain bikin CV gratis, kamu juga bisa buat portofolio dan cari kerja dengan job portal atau aplikasi cari kerja Cake.
--- Ditulis Oleh Izzul Millati ---
Explore a range of job search tools and resources to achieve your dream career goals. Join the fastest-growing talent platform in the APAC region and expand your professional network.